AKU PASTI KEMBALI
Namaku Tiara, aku
sekolah di sma Stanford. Saat ini aku duduk di kelas 2 SMA. Sudah 4 bulan ini aku mengenal Richo. Richo adalah seorang cowok yang pandai, tampan,
manis, & ramah. Dia juga orang yang menghiburku dikala aku sedang bersedih.
“ Tiara “ panggil seseorang dari belakang, dan ternyata Richo
“ iya Richo, ada apa ? “ tanyaku
“ pulang sekolah nganterin aku mau gak ? “ tanyanya padaku
“ mau – mau aja sih, emang mau kemana ? “ tanyaku penasaran
“ pokoknya deh “ jawabnya
“ oke “
“ Tiara “ panggil seseorang dari belakang, dan ternyata Richo
“ iya Richo, ada apa ? “ tanyaku
“ pulang sekolah nganterin aku mau gak ? “ tanyanya padaku
“ mau – mau aja sih, emang mau kemana ? “ tanyaku penasaran
“ pokoknya deh “ jawabnya
“ oke “
Setelah bel
sekolah berbunyi aku sudah menunggunya di hall, dimana tadi kami sudah
berjanjian untuk bertemu disini.
“ Tiara “ teriaknya memanggilnya dari atas motor
“ iya Richo “ jawabku sambil melangkah ke arahnya
“ ayo naik “ suruhnya
“ mau kemana sih kita ?“ tanyaku padanya
“ ke suatu tempat yang pasti kakak suka “ jawabnya
“ Tiara “ teriaknya memanggilnya dari atas motor
“ iya Richo “ jawabku sambil melangkah ke arahnya
“ ayo naik “ suruhnya
“ mau kemana sih kita ?“ tanyaku padanya
“ ke suatu tempat yang pasti kakak suka “ jawabnya
Setelah beberapa
menit perjalanan, aku dan Richo pun sampai di suatu tempat dimana terbentang
luas laut. Gemuruh ombak yang saling berkejaran, menyambut kedatangan kami.
" Tiara.. “ panggilnya dengan sorotan matanya yangtajam dan berkaca – kaca
“ Richo, kok nanggis ? “ tanyaku padanya sambil mengusap air matanya
“ mungkin tempat ini akan selalu menjadi kenangan kita berdua “
“ emang kenapa richo “ tanyaku padanya
“ karna aku duduk berdua di sini bersama orang yang bias menerima aku apa adanya “ jawabnya.
" Tiara.. “ panggilnya dengan sorotan matanya yangtajam dan berkaca – kaca
“ Richo, kok nanggis ? “ tanyaku padanya sambil mengusap air matanya
“ mungkin tempat ini akan selalu menjadi kenangan kita berdua “
“ emang kenapa richo “ tanyaku padanya
“ karna aku duduk berdua di sini bersama orang yang bias menerima aku apa adanya “ jawabnya.
Waktu terus berlalu. Kita lalui sore di sebuah pantai yang di hiasi
sebuah sanset sebagai background langitnya. Setelah waktu hampi menunjukan jam
5:30. Kami segera memutuskan untuk pulang. Richo menggantarku sampai di depan
rumah.
Keesokan harinya, aku belum melihat richo masuk sekolah. Nomer hpnya yang biasanya aktif, kali ini tidak aktif. Aku bertanya kepada temanya tetapi tidak ada yang tahu dimana richo berada. Tiba tiba ada seorang teman yang menghampiriku dengan membawa sepucuk surat. Disitu tertulis surat itu untuku, dan yang mengirim adalah richo.
Untuk Tiara
Mungkin saat kamu membaca surat ini aku sudah perjalanan menuju ke
Spanyol. Aku pergi bukan serta merta keinginanku, melainkan aku ikut ayahku
yang di pindak tugaskan disana. Maafin aku tiara karna sebelumnya aku belum
sempat mengatakan ini semua kepadamu, karena aku tak sanggup mengatakan ini
semua. mungkin selama ini kau selalu bersamamu di saat senang & sedih.
Segala kenangan kita lalui, tak akan kulipakan selama hidupku. Tanpa dirimu ada
di sampingku aku bagai ikan air. Mungkin benar pepatah orang jawa yang
mengatakan Waiting Tresno Jalaran Soko Kulino. Aku masih ingat pertama aku
mengenalmu rasanya biasa – biasa saja. Kedua, saat aku berteman denganmu
rasanya aku jatuh hati padamu tanpa sepengetahuanmu. Dan akadang aku cemburu
saat ada cowok yang medekatimu. Mungkin itu aja yag bias aku sampaikan
kepadamu. Aku janji bakal kembali saat ulang tahunmu yang ke 17 di tempat
terakhir kita bertemu, dan aku gak bakal ninggalin kamu lagi.
RICHO
Setelah aku menerima surat itu, aku tak seceria hari – hari
biasanya. Sekarang tidak ada lagi seseorang yang menemani di saat aku sedih.
Tiada lagi yang menghibur aku , dan takkan ada lagi untuk aku bercerita.
*****
Hari ini usiaku tepat 17 tahun. Aku segera menuju ke sekolah karena
saat ini aku sudah kelas 3 SMA. Setelah bel bunyi aku segera menuju ke pantai dimana
dulu kita berdua terakhir bertemu di situ. Aku menunggu lama sekali, sempat
melintas di pikiranku bahwa mungkin dia ngak bakal danteng ke sini. Tetapi saat
mau menjelang, terdengar suara taksi berhenti tepat dimana aku duduk saat ini.
Aku pun berdiri dengan berdoa semoga itu Richo. Aku sangat senang sekali dan
berharap semoga dia masih mengenalku kembali. Dan akhirnya doaku terkabul juga.
“ Richo “ panggilku
Dia hanya terdiam sambil melangkah ke arahku, aku juga
menghampirinya. Pelukannya ini membuka pertemuan kita di sore itu. Dan sampai
saat ini richo selalu ada di sampingku, seperti janjinya di surat itu. Kini
hari – hariku semakin berwarna karena ada seseorang yang mampu menemaniku
disaat aku sedih dan senang. Richo akhirnya bertempat tinggal lagi di Indonesia
dan melanjutkan kuliah bersamaku.